PEMBELAJARAN CERIA 1
Mata Kuliah : Manajemen
Kelas
Dosen Pengampu
: Drs.
Jamiluddin Yacub
Disusun Sebagai
Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Manajemen
Kelas
Pada STAI
DARUSSALAM LAMPUNG
Oleh:
Khoirudin
Vivi Rahmawati
Semester : VII (Tujuh) Pagi
Jurusan : S1 Tarbiyah
Prodi : Pendidikan Agama Islam
SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM (STAI)
DARUSSALAM LAMPUNG T.A 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL------------------------------------------------------------------- 1
DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------- 2
BAB I--------------------------------------------------------------------------------------- 3
PENDAHULUAN---------------------------------------------------------------------- 3
BAB II-------------------------------------------------------------------------------------- 4
PEMBAHASAN------------------------------------------------------------------------- 4
A.
Pengertian
Belajar------------------------------------------------------------------ 4
B.
Ciri-ciri
Belajar---------------------------------------------------------------------- 4
C.
Gaya
Belajar-------------------------------------------------------------------------- 5
D.
Prinsip-prinsip
Belajar------------------------------------------------------------- 8
E.
Ciri-ciri
Perubahan Perilaku dalam Belajar--------------------------------- 11
F.
Hasil
Belajar-------------------------------------------------------------------------- 13
G. Faktor yang Mempengaaruhi dalam
Belajar-------------------------------- 13
BAB III------------------------------------------------------------------------------------ 20
PENUTUP-------------------------------------------------------------------------------- 20
KESIMPULAN------------------------------------------------------------------------- 20
DAFTAR PUSTAKA----------------------------------------------------------------- 21
BAB I
PNDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan
meupakan serangkaian proses yang sangat kompleks dan melibatkan banyak aspek
yang saling berkaitan. Pendidikan betujuan untuk mengubah sikap dan tingkah
laku manusia ke arah yang beradab. Dalam hal ini dibutuhkan suatu proses yang
sangat panjang dan kompleks. Suatu proses dalam mengubah kualitas input dalam
dunia pendidikan melibatkan dua aspek utama yang saling berkaitan, yakni
belajar dan pembelajaran. Di samping kedua hal tersebut,masih terdapat berbagai
factor lain yang sifatnya mendukung terjadinya kedua proses tersebut.
Belajar
adalah serangkaian proses individual yang bertujuan untuk memberikan suatu
informasi baru mengenai apa yang belum diketahui.Seorang pendidik atau calon
pendidik dituntut untuk mengetahui berbagai konsep yang berkaitan dengan segala
proses dalam dunia pendidikan. Begitu pula dengan masalah belajar karena hal
ini adalah ssalah satu aspek penting yang menjadi pokok profesi seorang
pendidik, baik secara langsung maupun sebagai mediator.
Pemahaman
mengenai kegiatan belajar diperlukan dalam menentukan strategi pembelajaran
yang paling tepat untuk diterapkan pada peserta didik. Apa yang menjadi konsep
awal sebelum terjun dalam kegiatan belajar mengajar bagi seorang calon pendidik
merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi. Begitu pula pemahaman terhadap
defenisi, ciri-ciri belajar, gaya belajar, prinsip-prinsip belajar, ciri-ciri
perubahan perilaku dalam belajar, hasil belajar, dan faktor yang mempengaruhi
belajar, karena hal ini adalah hal yang paling pokok yang menjadi objek
kajian seorang pendidik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Belajar
Belajar merupakan sesuatu kekuatan atau sumber daya yang
tumbuh dari dalam diri seseorang (individu). Belajar adalah proses perubahan
perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku
adalah hasil belajar. Artinya, seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat
melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.[1]
Belajar diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh dan
membangun pengetahuan. Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai
kecakapan, keterampilan dan sikap. Kemampuan orang untuk belajar menjadi ciri
penting yang membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Aktivitas
belajar sangat terkait dengan proses pencarian ilmu atau sebagai penambahan,
perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan.[2]
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.[3]
B.
Ciri-ciri Belajar
Ciri-ciri belajar adalah sebagai
berikut :
1. Adanya kemampuan baru atau
perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung
sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi
begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi
dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata
disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit
atau pengaruh obat-obatan.[4]
C.
Gaya Belajar
Peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, Gaya
belajar adalah karakteristik atau cara yang dilakukan oleh seseorang untuk
mendapatkan atau memproses informasi atau pengetahuan dalam suatu proses
pembelajaran.
Gaya belajar peserta didik, meliputi:
1. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual yaitu gaya belajar yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh informasi dengan dominan memanfaatkan indera mata
dengan cara melihat seperti melihat gambar, poster grafik, diagram, dan
sebagainya.[5]
Gaya belajar visual ini menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya,
bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya
belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk
kemudian bisa mempercayainya.
- Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
- Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
- Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
- Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
- Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
- Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
- Dapat duduk tenang ditengah situasi yang ribut dan ramai tanpa terganggu.[6]
2.
Gaya Belajar Auditori
Gaya belajar Auditori mengandalkan pada pendengaran untuk
bisa memahami dan mengingatnya, gaya belajar ini memanfaatkan indera telinga
dengan cara mendengar seperti mendengar radio, berdialog dan berdiskusi.
Karakteristik model
belajar
seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap
informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita
bisa mengingat dan memahami informasi itu.
Ciri-ciri
gaya belajar Auditori yaitu :
- Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
- Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio
- Cenderung banyak omong
- Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
- Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
- Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
- Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll.
3. Gaya
Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik, yaitu gaya
belajar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi dengan dominan
melakukan gerakan, praktek, atau pengalaman belajar secara langsung.[7]
Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima
informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja,
seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus
membaca penjelasannya.
Ciri-ciri
gaya belajar Kinestetik yaitu :
- Menyentuh segala sesuatu yang dijumapinya, termasuk saat belajar
- Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
- Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
- Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
- Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambang
- Menyukai praktek/ percobaan
- Menyukai permainan dan aktivitas fisik
D.
Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar yang relatif
berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta
perbedaan individual.
1.
Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih
lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi
untuk mempelajarinya.
Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi erat kaitannya dengan minat, siswa
yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang
studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang di anggap
penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku dan
motivasinya.
2. Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga
tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila
anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah
menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka
inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan
keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis.
Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya
menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang
dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
3.
Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar
yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang
paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung
dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap
hasilnya.
4. Pengulangan
Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih
daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap,
mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan
pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Berangkat dari salah satu
hukum belajarnya “law of exercise”, Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap
pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Pada teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan
karena oleh stimulus saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya
siswa berbaris masuk ke kelas, mobil berhenti pada saat lampu merah. Ketiga
teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun
dengan tujuan yang berbeda.
5. Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan
bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan
psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai,
tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah
motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar
tersebut.Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah
untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah
yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga
memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan
sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan
menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang
tidak menyenangkan.
6. Balikan
dan penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan
terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner.
Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada
operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar
ini adalah law of effectnya Thorndike.Siswa belajar sungguh-sungguh dan
mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.
Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat
lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan
positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan
akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk
belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape
conditioning. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode
penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya
balikan dan penguatan.
7. Perbedaan
individu
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua
orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang
lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan
masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan
melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang
lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran
klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa
cara, misalnya:
·
Penggunaan metode atau strategi
belajar-mengajar yang bervariasi
·
Penggunaan metode
instruksional
·
Memberikan tambahan pelajaran atau
pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi
anak-anak yang kurang
·
Dalam memberikan tugas, hendaknya
disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa.
Implikasi
prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap kegiatan
perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.[8]
E.
Ciri-ciri Perubahan Perilaku dalam
Belajar
1. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang
belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia
merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia
menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya
bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam
keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena
orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
2. Perubahan dalam belajar
bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak
statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan
akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
Misalnya jika seorang anak belajar
menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi
dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya
menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis lebih indah, dapat menulis
dengan pulpen, dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya. Disamping itu dengan
kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat memperoleh
kecakapan-kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat, menyalin
catatan-catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya.
3. Perubahan dalam belajar
bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan –
perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang
lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu
dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang
bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya perubahan tingkah laku karena
usaha orang yang bersangkutan.
4. Perubahan dalam belajar
bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara
atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat,
keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai
perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar
bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi
setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki
bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih.
5. Perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah
laku ini terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah
kepada perubahan tingkah laku yang benar – benar disadari. Misalnya seseorang
yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat
dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan
dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah
kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya.
6. Perubahan mencakup seluruh
aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang
setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah
laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan,
pengetahuan, dan sebagainya.
Sebagai contoh jika seorang anak
telah belajar naik sepeda maka perubahan yang paling tampak ialah dalam
keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan –
perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan
tentang jenis – jenis sepeda, pengetahuan tentang alat – alat sepeda, cita –
cita untuk memiliki sepeda, dan sebagainya. Jadi aspek perubahan yang satu
berhubungan erat dengan aspek lainnya.[9]
F.
Hasil Belajar
Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan perilaku
individu yang sifatnya relatif permanen sebagai hasil interaksinya dengan
lingkungan. Hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang
cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses
belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu (Asep Jihad & Haris,2008).
Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh, dikuasai, atau dimiliki oleh
siswa setelah melalui sebuah proses belajar. Hasil belajar harus mencerminkan
tujuan pada tingkat tertentu yang berhasil dicapai oleh anak didik yang
dinyatakan dengan angka atau huruf.[10]
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal 120-121) mengungkapkan, bahwa untuk
mengukur dan mengevaluasi hasil belajar
siswa tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan
tujuan dan ruang lingkunya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam
jenis penilaian, sebagai berikut:
a. Tes Formatif, penilaian ini
dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan tujuan untuk
memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut.
Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dalam
waktu tertentu.
b. Tes Subsumatif, tes ini
meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu
tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk
meningkatkan tingkat prestasi belajar atau hasil belajar siswa. Hasil tes
subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
c. Tes Sumatif, tes ini
diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan
yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua bahan pelajaran.
Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan belajar siswa
dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan
untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu
sekolah.[11]
G.
Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara umum
faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi
dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1.
Faktor Internal
Faktor internal
adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan psikologis.
·
Faktor
fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani.
Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena
keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha
untuk menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk
menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah:
1. menjaga pola
makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena
kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan
mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar,
2. rajin
berolahraga agar tubuh selalu bugar dan sehat, dan
3. istirahat yang
cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi
jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi
pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra.
Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan
baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala
informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat
mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar
adalah mata dan telinga.
·
Faktor
psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan
psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor
psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,
motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya diri.
·
Kecerdasan/intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan
hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang
lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ
yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri
sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas
manusia.
·
Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan
belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan
belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam
diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap
saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi
intrinsik adalah semua faktor yang berasal
dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh
untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya,
tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi
intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik
relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden
N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk
belajar antara lain adalah:
1. Dorongan ingin
tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas,
2. Adanya sifat
positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju,
3. Adanya
keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang- orang penting, misalkan orangtua, saudara,
guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya,
4. Adanya
kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan
lain-lain,
5. Adanya
keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik
dengan koperasi maupun kompetisi,
6. Adanya
keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, dan
7. Adanya ganjaran
atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.
Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dari
luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar.
Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
·
Minat
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003),
minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan
ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan
perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Untuk
membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari
semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain
pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari,
melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik)
sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat
mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini,
alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa
sesuai dengan minatnya.
·
Sikap
Sikap adalah
gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa
dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa
dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada
performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.
·
Bakat
Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kernungkina besar ia akan berhasil.
·
Rasa percaya
diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan
mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya
diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar
diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “ perwujudan diri”
yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil
menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya
rasa percaya diri semakin kuat.
2.
Faktor-faktor eksternal
Selain
karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga
dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan
bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan
nonsosial.
a)
Lingkungan sosial
Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,
semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara
anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu
siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi
proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat
menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para
pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki
oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai
dengan bakatnya.
Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi
belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak
telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa
kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat
belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
b) Lingkungan
nonsosial.
Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang
tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk
dan tenang. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses
belajar siswa akan terhambat.
Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware,
seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan
olahraga. Contohnya, letak sekolah atau tempat belajar harus memenuhi
syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau
jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.
Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu
juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan
siswa.[12]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Belajar
adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus
menerus dengan lingkungannya. Ciri-cirinya belajar yaitu adannya kemampuan baru
atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
Diadakannya pembelajaran ceria dalam proses belajar mengajar
karena setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, Gaya
belajar adalah karakteristik atau cara yang dilakukan oleh seseorang untuk
mendapatkan atau memproses informasi atau pengetahuan dalam suatu proses
pembelajaran. Maka seorang guru harus mengetahui bagaimana cara mengelola kelas
dengan baik dan menyenangkan.
Prinsip-prinsip belajar yang relatif
berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta
perbedaan individual. Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh, dikuasai,
atau dimiliki oleh siswa setelah melalui sebuah proses belajar. Hasil belajar
harus mencerminkan tujuan pada tingkat tertentu yang berhasil dicapai oleh anak
didik yang dinyatakan dengan angka atau huruf.
DAFTAR PUSTAKA
·
Firdaus Taman. 2012. PEMBELAJARAN AKTIF Aspek, Teori dan
IMPLEMENTASI. Yogyakarta: ELMATERA.
·
Munir. 2010. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
ALFABETA.
·
Slameto.
2003. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
[1] Munir. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
ALFABETA. 2010. Hal, 146.
[2]Taman Firdaus. PEMBELAJARAN AKTIF Aspek, Teori dan IMPLEMENTASI. Yogyakarta:
ELMATERA. 2012. Hal, 15
[3]
http://ikhwan-perbaungan.blogspot.com/2013/04/definisi-dan-ciri-ciri-belajar-menurut.html. diakses 7 November 2014
[4] Ibid
[5] Munir. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
ALFABETA. 2010 Hal, 160.
[7] Munir. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
ALFABETA. 2010. Hal, 162.
diakses
7 November 2014
[9]
Slameto. Belajar dan Faktor – Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2003.
Hal, 3 – 5.
[10] Munir. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
ALFABETA. 2010 Hal, 83.
diakses 7 November 2014.
[12] http://seputarkampusorange.blogspot.com/2013/04/faktor-yang-mempengaruhi-belajar.html
diakses
7 November 2014